Mengenal Lembar Area Post Blog dan Menulis Posting


Mengenal Lembar Area Post Blog dan Menulis Posting


Sebelum melakukan posting atau mempublikasikan tulisan di blog terlebih dahulu kita harus mengenal fungsi menu atau tools dalam post editor blogspot.


                Keterangan :
  1. Undo – Fungsi untuk mengembalikan kembali ke tampilan sebelum di lakukan perubahan.
  2. Redo – Fungsi untuk mengembalikan kembali ke tampilan sesudah di lakukan perubahan.
  3. Font – Untuk mengganti jenis huruf tulisan.
  4. Font Size – Untuk mengganti ukuran huruf pada postingan.
  5. Bold – Untuk menebalkan text.
  6. Italic – Untuk memiringkan text.
  7. Underline – Untuk menambahkan garis bawah pada text.
  8. Strikethrough – Untuk mencoret text.
  9. Text Color – Mengganti warna huruf.
  10. Background color – Untuk mengganti warna background text.
  11. Link – Untuk membuat link (tautan).
  12. Untuk menambahkan gambar ke dalam postingan.
  13. Untuk menambahkan video ke dalam postingan.
  14. Jump Break atau Read More – Untuk membuat penggalan artikel ketika tampil di halaman utama blog.
  15. Alignment – Mengatur paragraph postingan.
  16. Membuat list dengan Angka.
  17. Membuat list dengan symbol (defaultnya disc).
  18. Quote – Fungsi ini biasanya digunakan untuk memberikan keterangan dan memiliki tampilan yang berbeda dengan paragraph biasanya.
  19. Menghapus format yang telah di tambahkan pada postingan. Misalnya ada beberap dalam postingan kita yang berhuruf tebal (bold) dengan fungsi ini, text atau kata yang berhuruf tebal tersebut akan normal kembali (tidak tebal).
  20. Fungsi untuk mengecek grammar / spelling (biasa digunakan pada artikel Bahasa Inggris).
  21. Tampilan Posting dengan mode kode HTML (Hyper Text Markup Language)



  Keterangan :
  1. Kolom untuk menginput judul postingan.
  2. Kolom untuk menginput label / kategori postingan.
  3. Menerbitkan postingan ke dalam blog.
  4. Jika bagian ini di klik (Post Option), maka di dalamnya ada beberapa pilihan yang bisa anda gunakan terkait dengan postingan blog yang anda tulis. Salah satu contohnya yaitu di bagian post option ini, anda bisa mengatur jadwal terbit postingan anda secara otomatis.
  5. Menyimpan postingan.
  6. Melihat tampilan postingan sebelum di terbitkan ke blog.

0 comments:

Post a Comment

Cara Posting Artikel Pada Blog


1. Login ke blog anda
2. Klik buat Entri Baru seperti gambar dibawah ini






3. Masukan judul dan postingan anda seperti gambar dibawah ini



Panduan diatas adalah sebagian dari panduan yang lain. sekarang saya akan berlanjut untuk memberitahukan kepada anda bagaimana memasukan gambar/image dalam blogger postingan. caranya sama seperti diatas

4. Klik Icon Insert Image seperti gambar dibawah ini



5. Klik Pilih File seperti gambat dibawah ini



6. Setelah itu anda cari gambar yang ingin anda masukan, lalu klik add selected



7. Lalu setelah itu klik Publikasikan seperti gambar dibawah ini



1 comments:

Post a Comment

Menenal Menu Dasboard Di Blogger


Menenal Menu Dasboard Di Blogger


Di sini saya akan menjelaskan satu per satu menu-menu yang terdapat di blogger.
  1. Yang pertama yaitu Entri baru (seperti pada gambar).
    Menu tersebut berguna untuk membuat entri baru atau artikel baru yang siap kita publikasikan.
  2. Selanjutnya Ikhtisar.
    Menu ini berguna untuk memonitor atau melihat berapa banyak pengunjung blog kita, berapa banyak pos ( artikel )  yang sudah kita buat, berapa banyak komentar yang ada di blog kita dan masih banyak lagi yang lain. Intinya menu ini untuk Menampilkan statistik blog secara ringkas.
     
  3. Pos ( posting ).
    Menu tersebuat berguna untuk Menampilkan semua postingan pada blog kita, yang sudah di terbitkan maupun yang belum di terbitkan.
     
  4. Laman ( page )
    Menu tersebuat berguna untuk membuat sebuah halaman atau page, Laman ini bisa juga disebut menu pada blog kita.
  5. Komentar.
    Menu tersebut berguna untuk menampilkan semua komentar pada blog.
  6. Google+.
    Menu tersebuat berguna untuk menambahkan blog anda ke dalam profil Google+ anda.
  7. Statistik.
    Menu tersebuat berguna untuk Menampilkan statistik blog secara lengkap.
  8. Tata Letak.
    Menu tersebuat berguna untuk Menampilkan dan mengatur tata letak widget pada blog.
  9. Template.
    Menu tersebuat Untuk mengganti atau mengedit template blog. 
  10. Setelan.
    Menu tersebuat Untuk pengaturan blog yang meliputi bahasa, pos,komentar, dan lain-lain.


0 comments:

Post a Comment

Contoh

Struktur Organisasi

0 comments:

Post a Comment

Sitemap

Memuat...

0 comments:

Post a Comment

Kemendiknas- Intel Lanjutkan Program Pelatihan TIK bagi Guru

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) bersama Intel Indonesia sepakat melanjutkan program pelatihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bagi guru. Program pelatihan ini memungkinkan para guru menggunakan teknologi secara efektif untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa di dunia digital. Sejak dimulai pada 2007, program ini telah melatih lebih dari 30.000 guru di Indonesia.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menyampaikan, teknologi informasi tidak dapat dilepaskan dari infrastruktur, konten, dan konteks. Setelah ketiga hal tersebut dikuasai, lanjut Mendiknas, maka kemanfaatan TIK bisa dirasakan. "Kalau hanya bicara tentang infrastruktur saja tidak banyak manfaatnya," kata Mendiknas usai menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kemendiknas dengan Intel Indonesia Corporation untuk kelanjutan pelaksanaan Program Intel Teach di Indonesia, Rabu (10/3/2010) di Kemendiknas, Jakarta.

Penandatanganan MoU dilakukan antara Sekretaris Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ses Ditjen PMPTK) Kemendiknas Giri Suryatmana dengan Country Manager Intel Indonesia Budi Wahyu Jati.

Mendiknas menyebutkan, TIK dalam kehidupan sehari-hari memiliki peran sebagai penyangga (supporter), penggerak (driver), pemungkin (enabler), dan transformasi (transformer) . Mendiknas meminta agar menguasai nilai yang tersembunyi di balik teknologi informasi. Kalau tidak maka teknologi informasi hanya sebagai teknologi biasa. "Kalau kita ingin memasukkan IT sebagai mesin transformasi sosial budaya maka nilai itulah yang penting," katanya.

Budi mengatakan, Intel menyelenggarakan Program Intel Kids untuk memberikan pelatihan TIK kepada para guru agar dapat meningkatkan profesionalisme di dalam penggunaan TIK dalam belajar mengajar. Dia menyebutkan, perusahaan pembuat prosesor atau otak komputer ini telah menghabiskan sekitar US$ 1 milyar untuk mendanai program ini di 72 negara dan telah melatih 7 juta guru. "Tahun ini target kami menambah 20.000 guru lagi, sehingga akhir tahun kami harapkan sekitar 50.000 guru dapat mendapatkan peningkatan profesionalisme dalam pembenahan guru dalam belajar mengajar," katanya.***

Sumber: http://www.depdiknas.go.id/

1 comments:

Post a Comment

Yuk, Ajari Si Kecil Membaca!

Perlu diketahui, anak balita tidak belajar membaca menggunakan matanya, melainkan dengan telinganya. Sebagai orang tua, Anda dapat membantunya mengenali huruf dengan mengajaknya berbicara, membacakan buku, mendongeng, bernyanyi, atau bermain tebak kata.

Dalam bukunya berjudul How To Teach Reading: For Teachers, Parents, Tutors, Edward Fry mengatakan, tidak ada yang lebih baik untuk melatih kecerdasan balita kecuali dengan mengajarkan membaca. Karena untuk mengasah otak mereka, pengenalan huruf dan angka sangatlah penting dilakukan para orang tua.

Bahkan, dengan sangat yakinnya, Fry mengatakan, mengajarkan anak membaca tidak membutuhkan waktu lama hingga si anak duduk di bangku sekolah. Sejak dini usianya, anak-anak sudah dapat ditularkan nikmatnya membaca. Karena, Fry bilang, seorang anak yang tumbuh dengan rasa nikmat dan senang membaca akan lebih cepat memperdalam ilmunya ketimbang yang malas membaca.

Namun toh, Fry sadar, tidak selalu mudah untuk bisa mengajar balita membaca. Bagaimana caranya? Fry menggariskan beberapa tips ringan berikut ini:

- Dalam perkembangannya, mulai sejak lahir hingga berusia tiga tahun, anak Anda lebih mendengarkan kata-kata yang Anda dan lingkungan sekitarnya ucapkan sampai akhirnya dia bisa belajar berbicara, membalas sapaan, mendengar dan mengikuti perintah, dan sebagainya. Dari situlah bisa Anda camkan, bahwa sebelum mulai bersekolah pun, Anda bisa membantunya menyiapkan diri untuk bisa membaca.

- Teguhkan prinsip, bahwa semakin banyak buku Anda bacakan kepada anak, maka semakin banyak kosa kata dikenalnya dengan baik dan terkuasai. Bermacam dan bervariasinya perbendaharaan kata si anak ini akan memudahkannya mengenal bermacam kata saat mulai dapat membaca.

- Sambil membacakan buku, ajak anak Anda mengeja. Ambil kata-kata yang mudah dan pendek terlebih dahulu. Setelah menguasai kata-kata yang mudah dan pendek, Anda dapat mulai mengajarnya mengeja kata-kata yang lebih panjang.

- Jangan terburu-buru membacakan cerita. Tunjuk tiap kata dan tiap huruf kepadanya. Hal ini agar anak mulai bisa mengingat-ingat dan mengenali setiap kata dan huruf yang dilihatnya.

"Memang, untuk menumbuhkan rasa suka membaca, Anda harus menjadi contoh baginya. Rasa suka membaca sejatinya akan tumbuh jika ia sering melihat orang tuanya membaca buku di dalam kesehariannya," ujar Fry.

Nah, sudah siap membantu anak Anda bisa membaca? ***

Sumber: lipsus.kompas.com

0 comments:

Post a Comment

Pentingnya Sinergi Pusat-Daerah dalam Pendidikan

otodaPelaksanaan otonomi daerah dalam pendidikan perlu memperhatikan tiga hal yakni instrumen kebijakan, sinergi pusat dan daerah, serta pembenahan sumber daya manusia pusat dan daerah. Dalam pembukaan Seminar Nasional dengan tema "Otonomi Daerah dan Implementasinya dalam Pendidikan", pada Sabtu, (20/11), di Hotel Salak, Bogor, Jawa Barat, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional (Sekjen Kemdiknas), Dodi Nandika mengatakan, instrumen kebijakan harus terus dicermati, apa yang kurang termasuk standar pelayanan minimal.

"Kedua bagaimana kita membangun sinergi yang mutualismenya menonjol. Dan yang ketiga, SDM sama-sama kita benahi," kata Dodi. Dlam pembenahan SDM antara daerah dan pusat tidak menutup kemungkinan adanya pelatihan yang dilakukan bersama-sama. "Ada pelatihan misalnya saja pelatihan sistem perencanaan pendidikan nasional atau pelatihan mengenai pengolahan data, pelatihan mengenai pelaporan kinerja, dan lain-lain," katanya.

Dodi mengingatkan, dalam pendidikan ada soal kedaerahan itu perlu ditonjolkan. Namun manajemen basis sekolah juga penting. "Mudah-mudahan dua hal ini tidak saling menghilangkan tapi saling memperkuat." Dodi berharap seminar ini dapat mencermati bagaimana pembagian tugas, kewenangan, fungsi masing-masing, baik di dinas pendidikan maupun di Kementerian Pendidikan Nasional, agar terus saling mengisi dan bukan mengurangi.

Seminar Nasional ini yang dilaksanakan hingga hari ini di Hotel Salak, Bogor, Jawa Barat, bertujuan menghimpun masukan dan menyusun rekomendasi kebijakan otonomi daerah dan implementasinya dalam pendidikan. Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah pembiayaan, kurikulum, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, serta pengendalian mutu pendidikan. Seminar diikuti 188 peserta yang terdiri dari kepala dinas pendidikan provinsi/kota/kabupaten, bupati/walikota, kepala sekolah, Dewan pendidikan dan yang terkait lainnya. ***

Sumber: www.kemdiknas.go.id

0 comments:

Post a Comment

Budaya Literasi Kita Mengalami Stagnasi

otakAllah dengan segala kebesaran dan keagungan-Nya, telah memberikan anugerah akal-budi yang tak ternilai harganya kepada umat manusia. Melalui akal-budi, manusia dapat menyimpan peristiwa masa silam ke dalam kantong memorinya, memikirkan peristiwa pada masa kini, sekaligus mampu membayangkan peristiwa yang bakal terjadi pada masa mendatang. Yang luar biasa adalah kemampuan manusia untuk me-retrieve alias memanggil ulang peristiwa-peristiwa masa silam ke dalam layar kehidupan masa kini.

Bisa jadi, itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Dalam hal berbahasa, misalnya, manusia adalah makhluk yang paling dinamis. Melalui akal budinya, manusia mampu mempelajari berbagai bahasa di dunia, apalagi jika bersentuhan langsung dengan kultur masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan. Lain dengan binatang. Ayam dan kucing, misalnya, tak akan pernah sanggup belajar berbahasa. Meski dikerangkeng dalam sebuah kurungan seumur hidup, ayam tak akan pernah sanggup mengeong seperti kucing. Kucing pun tak akan sanggup berkokok seperti ayam. Konon, binatang hanya sanggup mempertahankan hidup berdasarkan nalurinya secara statis dan stagnan.

Pernah dengar stigma bangsa yang “rabun” membaca? Ya, stigma ini muncul akibat lumpuhnya bangsa kita dalam soal budaya membaca. Ada yang mengatakan bahwa bangsa kita mengalami lompatan budaya membaca yang tidak wajar; dari budaya praliterasi langsung melompat ke budaya posliterasi. Sedangkan, budaya literasinya (nyaris) tak lagi tersentuh. Budaya praliterasi muncul ketika bangsa kita belum sanggup baca-tulis. Mereka hanya mampu menggunakan media bahasa lisan dalam berkomunikasi dengan berbagai komunitas. Dengan berkembangnya peradaban manusia, bangsa kita masuk pada budaya literasi yang ditandai dengan sentuhan-seuntuhan nilai pendidikan yang mampu membuka kesadaran baru tentang pentingnya keaksaraan dalam mengabadikan pemikiran-pemikiran kreatif.

Belum matang benar budaya literasi mengilusumsum dan bernaung turba dalam kehidupan masyarakat, muncul peradaban baru yang memiliki daya pukau dahsyat yang ditandai dengan temuan-temuan baru di bidang teknologi dan informasi. Anak buah teknologi, semacam TV-kabel, multimedia, atau sarana telekomunikasi bergerak lainnya mulai merambah ke tengah-tengah kehidupan masyarakat dengan segala kelebihan dan keunggulannya. Masyarakat pun mulai berubah pola dan gaya hidupnya. Mereka mulai dimanjakan dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan bermacam-macam piranti teknologi canggih sehingga melupakan budaya literasi yang seharusnya mereka lalui. Masyarakat demikian terpukau oleh kehadiran sarana dan fasilitas teknologi itu sehingga jadi malas dan lupa membaca. Ketika antena dan parabola menjamur di atap-atap rumah, masyarakat pun rela menghabiskan waktunya di depan “kotak ajaib” itu. Tumpukan buku dibiarkan melapuk dan tak tersentuh.

Sejatinya, membaca sangat erat kaitannya dengan aktivitas akal-budi. Membaca merupakan aksi intelektual yang mencerahkan dan mencerdaskan yang akan mampu melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif sehingga menimbulkan rangsangan manusiawi untuk bertindak penuh kearifan dan kebajikan. Dalam diskursus yang lebih luas, membaca bisa dimaknai sebagai kemampuan menafsirkan “ayat-ayat” Tuhan yang tergelar di ruang semesta. Membaca sanggup “membunuh” benih-benih keangkuhan dan berbagai macam naluri purba yang serba naif dan menjijikkan. Orang yang memiliki kemampuan membaca, dengan sendirinya, tidak mudah terangsang untuk melakukan tindakan-tindakan korup dan biadab, karena tahu akan risiko dan imbasnya terhadap keseimbangan semesta.

Nah, bisa jadi, orang yang tega berbuat korup dan biadab, lantaran tak pernah melakukan aktivitas akal-budi, tak pernah membaca “ayat-ayat” Tuhan. Jika benar demikian, mereka hanya menggunakan naluri sekadar untuk memuaskan kebuasan hati, bukan menggunakan nurani untuk menjaga keseimbangan semesta. Lantas, apa bedanya dengan kucing dan ayam yang selalu statis dan stagnan sehingga tak pernah punya kesanggupan untuk membaca tanda-tanda zaman? Atau, bisa jadi, lantaran kesalahan kolektif bangsa kita yang mengalami lompatan tak wajar dalam budaya membaca? ***

0 comments:

Post a Comment

Kartini dan Kesetaraan Gender

Di alam keabadiannya sana, R.A. Kartini boleh jadi tersenyum lega menyaksikan kiprah kaum perempuan Indonesia masa kini di ranah publik. (Nyaris) sudah tak ada lagi belenggu yang bisa merintangi gerak bagi kaum perempuan di berbagai bidang kehidupan. Kaum perempuan masa kini sudah banyak yang berpendidikan tinggi; sejajar dengan kaum pria. Berkat pemikiran dan gagasannya, kaum perempuan Indonesia sudah berhasil melintasi fase-fase keterbelakangan dan marginalisasi. Tak hanya dalam ranah pendidikan, kaum perempuan Indonesia juga sudah banyak yang mampu menorehkan prestasi mengagumkan dalam sektor-sektor publik, baik di bidang ekonomi, politik, maupun hukum.

kartiniMeski demikian, gagasan dan pemikiran Kartni dinilai belum sepenuhnya bisa terwujud. Secara jujur mesti diakui, masih banyak fenomena sosial yang menggambarkan tentang munculnya bias gender, baik dalam bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan, pelabelan, marginalisasi (peminggiran), maupun beban ganda. Masih kuatnya kultur patriarki dalam strata masyarakat kita, membuat kesetaraan gender yang digagas Kartini masih mengalami banyak hambatan.

Dalam konteks demikian, sungguh arif apabila nilai-nilai kesetaraan gender ini secara implisit mulai terakomodasi dalam dunia pendidikan. Sebagai kawah candradimuka peradaban, institusi pendidikan bisa dibilang sebagai media yang strategis untuk menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menimba ilmu. Dalam KTSP pun, kesetaraan gender dijadikan sebagai salah satu prinsip dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum, sehingga pelan tapi pasti, dunia pendidikan mampu mendesain sebuah sistem pendidikan yang mampu memuliakan derajat kaum perempuan. Ini artinya, setiap satuan pendidikan (sekolah) mesti mulai memasukkan sikap responsif gender ke dalam kurikulum, misalnya, melalui bahan ajar lintas-mata pelajaran.

Pengarusutamaan gender dalam dunia pendidikan memang tidak diarahkan untuk melakukan perlawanan terhadap kuatnya budaya patriarki yang masih demikian kuat dalam struktur masyarakat kita, tetapi lebih diorientasikan untuk menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender secara alamiah, sehingga tidak terjadi gesekan dan friksi antara sekolah dan masyarakat. Melalui penanaman nilai kesetaraan gender secara alamiah dan mengalir sesuai dengan dunia peserta didik, budaya patriarki yang dinilai kurang menghargai peran dan kiprah kaum perempuan di ranah publik, pelan tapi pasti akan hilang pada beberapa generasi mendatang.

Nah, selamat merayakan Hari Kartini dan Dirgahayu Perempuan Indonesia! ***

1 comments:

Post a Comment

Langkah Praktis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

JUDUL :
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal. Judul ditulis dalam halaman judul yang dilengkapi dengan identitas peneliti (nama dan NIP guru), lembaga/satuan pendidikan tempat guru bekerja, dan bulan dan tahun penulisan PTK.

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN (bila diperlukan, lazimnya diketahui dan ditandatangani oleh pimpinan/kepala sekolah setempat)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK : (Berisi judul, nama peneliti, uraian singkat PTK. Ditulis satu spasi dengan jumlah kata kurang lebih 250 kata. Disertai kata kunci)

BAB I. PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah (Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.)
  2. Perumusan Masalah (Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.)
  3. Tujuan Penelitian (Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif. Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.) Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak
  4. Manfaat Penelitian (Menjelaskan manfaat penelitian ini untuk penambahan/pengembangan wawasan, manfaat aplikasi hasil penelitian bagi keberhasilan pembelajaran siswa, bagi guru, sekolah dan mungkin pihak lain yang relevan dengan pemanfaatan hasil penelitian ini)

BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
  1. Tinjauan Pustaka (Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.)
  2. Kerangka Pemikiran
  3. Hipotesis Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN (CARA PENELITIAN)
  1. Setting Penelitian Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita, latar belakang kemampuan akademik, kesulitan-kesulitan/kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran, latarbelakang sosial dan ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan dan lain sebagainya. Aspek substantive kompetensi dan permasalahan yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran pada kelas yang diteliti seperti IPA atau IPS atau Matematika kelas II SMP, juga dikemukakan pada bagian ini.
  2. Subjek Penelitian (Pada bagian ini dijelaskan jumlah dan deskripsi siswa)
  3. Variabel Penelitian (faktor yang diselidiki) Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
  4. Teknik pengumpulan data (Data dan Cara Pengambilannya) Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya. Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata – mata sebagai sumber data. Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
  5. Indikator Kinerja (Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah, jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.)
  6. Analisis Data (Pada bagian ini menjelaskan teknik, tata cara/prosedur dalam menganalisis data, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk/jenis data dan uji statistic yang digunakan juga dijelaskan, misalnya rumus uji statistic dan lain-lainnya)
  7. Prosedur Penelitian (langkah-langkah PTK) Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti : (1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat–alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain–lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah, (2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan, (3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang, dan (4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus/daur berikutnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN
  1. Siklus I
  2. Siklus II
  3. Siklus III
  4. Siklus berikutnya (jika ada)
  5. Pembahasan antar siklus

Uraian tiap siklus meliputi: (a) Perencanaan tindakan (Skenario pembelajaran), (b) Pelaksanaan tindakan (deskripsi proses pembelajaran), (c) Pelaksanaan observasi (sajian hasil analisis data), dan (d) Refleksi (kajian terhadap indikator kinerja terhadap hasil dan proses pembelajaran dan analisis kritis hasil tiap siklus).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
  1. Simpulan
  2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Semoga ada manfaatnya bagi rekan-rekan sejawat yang hendak melakukan penelitian melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Contoh proposal bisa diunduh di sini. ***

0 comments:

Post a Comment